![]() |
Ma'had Sunan Ampel Al-Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Menjadi Insan Ulul Albab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Kali ini saya akan berbagi informasi tentang pengalaman dan momen-momen berada di Pusat Ma’had Al-Jami’ah atau sering disebut Ma’had Sunan Ampel Al-Aly.
Sebuah kebanggaan bagi saya bisa menjadi bagian dari keluarga besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, si kampus hijau, kampus bilingual, kampus ulul albab, serta menuju World Class University. Di kampus ulul albab inilah, saya menemukan passion saya untuk menjadi generasi yang lebih baik. Menjadi generasi yang intelek ulama serta ulama intelek. Itulah salah satu visi kampus ini.
Nah, salah satu aspek pendukung untuk mewujudkan insan Ulul Albab tersebut adalah dengan adanya ma’had (asrama/pondok). Ma’had menjadi pilar penting di UIN Maliki Malang. Karena di ma’had lah, seluruh mahasiswa dapat menimba ilmu agama dalam atmosfer spiritual yang menjanjikan. Merupakan kebanggaan bisa diterima di kampus Islam negeri terbaik se-Indonesia serta berada di ma’had kampus. Karena kampus Bilingual ini hanya menerima maksimal 3.500 mahasiswa dari puluhan ribu mahasiswa yang mendaftar setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi ma’had di kampus.
Ma’had merupakan tempat ideal untuk belajar. Serta jauh dari kesan-kesan yang negatif seperti jorok, gaduh, banyak aturan, dan sebagainya. Kita harus memahami bahwa semua aktivitas yang ada di ma’had sengaja diprogram untuk mencetak generasi yang memiliki kedalaman spiritual dan keagungan akhlak. Jadi tidak perlu ada rasa khawatir akan hal tersebut. Setiap mahasantri (sebutan untuk mahasiswa baru yang tinggal di ma’had) dapat belajar banyak disana. Setiap mahasiswa baru di kampus hijau ini diwajibkan tinggal di Pusat Ma’had Al-Jami’ah atau Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (nama lama) selama satu tahun pertama. Ma’had ini berada di area kampus sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Suasana yang teduh dengan taman yang rindang dan berbagai kalimat motivasi berbahasa Arab dan Inggris juga menghiasi setiap sudut asrama ini.
Ma’had Sunan Ampel Al-Aly terdiri dari sembilan mabna. Untuk putra terdiri dari Mabna Al-Faraby, Mabna Ibnu Kholdun, Mabna Ibnu Sina, Mabna Ibnu Rusydi, dan Mabna Al-Ghazali. Sedangkan untuk mabna putri terdiri dari Mabna Fatimah Az-Zahra, Mabna Asma Binti Abi Bakar, Mabna Khodijah Al-Kubro, dan Mabna Ummu Salamah. Begitulah nama-nama mabna yang ada di Pusat Ma’had Al-Jami’ah, yang merupakan nama dari tokoh-tokoh intelek Islam yang mampu memimpin ummat.
![]()
Lokasi dari ma’had atau asrama putri dan putra juga terpisah. Namun bukan berarti kuliah di UIN Maliki Malang selalu terpisah antara laki-laki dan perempuan, Tidak. Setiap kuliah di kelas kami belajar secara bersama, di kelas terdiri dari laki-laki juga perempuan. Tidak dipisah antara kelas laki-laki dan perempuan. Mahasiswa hanya terpisah hanya pada lokasi tempat tinggal saja. Jadi tinggal di ma’had tidaklah perlu khawatir akan seperti di pondok-pondok pesantren dimana perempuan dan laki-laki benar-benar dipisah.
Ma’had juga menyediakan fasilitas yang sangat lengkap. Mulai dari kantin, beberapa aula, lapangan olahraga, pusat kajian kema’hadan, fitness area, kantor administrasi kema’hadan, kantor kreativitas mahasantri (band, tetembangan, banjari, diskusi ilmiah, dsb). Inilah yang menjadi salah satu daya tarik dari ma’had ini. Jadi mahasantri dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang lengkap saat belajar disini.
Pada awalnya, saya mengira bahwa tinggal di ma’had mungkin saya tidak betah karena ada teman-teman yang jorok, takut tidak aman, dan pikiran aneh lainnya. Namun saya berusaha menepis kekhawatiran itu dengan memantapkan niat saya untuk belajar. Saya meyakinkan diri bahwa semua itu merupakan pembelajaran diri untuk menjadikan saya lebih baik. Pertama kali check-in di ma’had, saya tinggal di mabna Ibnu Kholdun, salah satu mabna diantara delapan mabna lainnya. Saya tinggal di kamar yang dapat diisi oleh enam orang. Di kamar saya tinggal bersama kelima orang lainnya dari berbagai daerah dan berasal dari jurusan yang berbeda. Karena penempatan kamar dilakukan secara acak, jadi dapat berkenalan dengan mahasantri dari berbagai jurusan. Dan sungguh sebuah anugerah. Karena saya tinggal di kamar bersama teman-teman yang semuanya pandai. Ada yang pandai baca kitab, pandai bahasa Arab, pandai ilmu komputer, rajin ibadah, dan ada juga yang Hafidz 30 Juz. Sungguh sebuah keberuntungan bagi saya. Karena saya dapat menimba banyak ilmu dari teman-teman yang pandai tersebut. Dan saya percaya, lingkungan yang baik akan mempengaruhi kesuksesan seseorang.
Di mabna, sudah ada beberapa musyrif dan musyrifah (pendamping) yang menyambut mahasantri dengan pelayanan terbaik. Musyrif merupakan pendamping selama mahasantri tinggal di ma’had. Mereka yang selalu menjadi penggerak kegiatan di ma’had yang menjadi peer-tutor bagi mahasantri. Mereka merupakan orang-orang pilihan yang memiliki dedikasi dan pengetahuan luas. Mereka merupakan orang-orang pilihan, karena untuk menjadi musyrif haruslah lolos tes tulis Bahasa Arab dan Inggris, tes interview Bahasa Arab dan Ingris, tes membaca Al-Qur’an, tes baca kitab, dan tes komitmen. Sehingga seluruhmusyrif/musyrifah yang ada di Pusat Ma’had Al-Jami’ah merupakan orang-orang kredibel yang dipercaya untuk membimbing mahasantri.
Terdapat beberapa kegiatan yang menjadi mengisi keseharian kita di ma’had. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan mulai senin sampai jum’at. Dan sabtu minggu libur. Kegiatan tersebut sangat beragam. Mulai dari sholat subuh berjamaah yang diabsen, dilanjutkan dengan shobahul lughoh atau pagi bahasa (satu minggu Bahasa Inggris, satu minggu Bahasa Arab), dilanjutkan dengan ta’lim(pembelajaran) yang terdiri dari ta’lim kitab/ta’lim afkar dan ta’lim Al-Qur’an. Setelah itu dilanjutkan dengan aktivitas kuliah rutin sesuai jadwal masing-masing mahasantri.
Satu hal yang sangat menarik selain kegiatan di ma’had adalah dengan adanya Pusat Pengembangan Bahasa Arab (PPBA) yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baru karena kuliah ini terdiri dari 8 Sistim Kredit Semester (SKS) yang akan menetukan Indeks Prestasi (IP) mahasiswa tahun pertama. Kuliah Bahasa Arab ini dilaksanakan mulai pukul 14.00 hingga 17.00. dan ada juga jam tambahan sampai jam 20.00. Melalui kuliah PPBA ini, mahasiswa akan mampu menggunakan Bahasa Arab. Hal ini sengaja dilakukan karena UIN Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan Bilingual University, dimana setiap mahasiswa diprospek dan ditargetkan mampu berbahasa Arab maupun Inggris dengan sistem penilaian tertentu. Kedua bahasa tersebut wajib untuk di kuasai di kampus ini. Dan bagi mahasiswa yang belum bisamenggunakan kedua bahasa tersebut, tidak perlu khawatir. Karena akan ada pembagian kelas sesuai dengan kemampuan.
Tidak ada yang sulit selama mau berusaha. Itulah motivasi saya untuk terus semangat mengikuti kuliah PPBA. Sebelumnya saya tidak pernah belajar bahasa Arab, dan disini saya ditargetkan untuk dapat menggunakan bahasa tersebut. Meski demikian, semangat saya untuk belajar bahasa arab tidak pernah surut. Karena lingkungan kampus sangat mendukung. Di kelas PPBA pun akan diajar oleh dosen-dosen yang sangat mahir berbahasa Arab. Dan bagi pemula seperti saya, akan dibimbing sedikit demi sedikit sampai saya bisa.
Kembali lagi ke ma’had. Masih ada kegiatan ma’had lainnya. Seperti sholat magrib berjamaah yang diabsen oleh musyrif/musyrifah di mabna masing-masing. Jadi disini sholat subuh dan magrib berjamaah hukumnya wajib, karena akan ada absensi. Dan absensi tersebut akan mempengaruhi nilai kita saat lulus dari ma’had nanti. Setelah sholat magrib, mahasantri akan mengikuti kegiatan edukatif seperti Kitobah (pidato), sholawat Banjari, ngaji Al-Qur’an, tartil Qur’an, dan monitoring mahasantri. Setelah itu, b arulah mahasantri dapat beristirahat atau mengerjakan tugas kuliah lainnya.
Setiap mahasiswa baru di kampus hijau ini diwajibkan tinggal di Pusat Ma’had Al-Jami’ah atau Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (nama lama) selama satu tahun pertama. Apabila mahasiswa tersebut enggan untuk tinggal disana, maka mustahil ia akan lulus. Hal ini terjadi karena ada beberapa mata kuliah yang dapat dipilih dengan syarat telah lulus ma’had. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak tinggal di ma’had saat diterima sebagai mahasiswa di kampus ini.
Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi sebuah berkah bagi saya. Karena saya dapat melakukan perbaikan diri. Untuk menjadi generasi Ulul Albab yang bermakna orang-orang yang berpikir, singkatnya yaitu cendekiakan nan alim. Aktivitas-aktivitas di ma’had bukanlah seperti ancaman bagi saya karena terlalu ketat, namun menjadi sebuah kesempatan dan motivasi. Kesempatan untuk menimba ilmu agama, mencari pengalaman, dan rekan yang baik. Serta menjadi motivasi untuk selalu rajin, motivasi untuk aktif dan bersemangat menimba ilmu. Semua itu akan menjadi sebuah proses untuk menciptakan generasi yang disiplin, generasi yang intelek, dan bermartabat yang bermanfaat untuk bangsa. Serta menciptakan generasi muda yang lebih baik untuk masa depan. Karena masa depan bangsa ini ada di tangan kita. So, keep learning and motivating. A success depends on ourselves.
Berikut Foto Foto Kegiatan Mahasantri Mahad Sunan Ampel Al Aly : |